Menelusuri sejarah Islam, kita bagaikan masuk ke sebuah ruangan yang berisi aneka benda atau pemandangan yang menakjubkan. Ensiklopedi Lengkap tentang Dunia Islam ini akan menjabarkan secara rinci apa saja yang dapat kita lihat dan temui selama perkembangan agama Islam di dunia ini, sejak masa Nabi Adam hingga perkembangan terakhir di dunia yang modern ini.
Dalam buku emsiklopedi ini, pembaca dapat mengetahui istilah-istilah apa saja yang penting dan populer dalam Islam, siapa saja tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh, ilmuwan dan dokter-dokter Islam, Nabi dan Rasul, sahabat serta keluarganya, wanita-wanita dalam al-Qur'an, apa saja aliran/sekte Islam yang ada di dunia ini dan lain-lain...
Pembaca pun dapat menelusuri dengan jelas jejak-jejak imperium Islam, kota-kota bersejarah bagi umat Islam, masjid dan bangunan bersejarah Islam, pergerakan-pergerakan Islam di seluruh dunia, dan lain-lain...
Selamat membaca, semoga semakin menambah khazanah pengetahuan tentang dunia Islam dan menambah kecintaan kita kepada Allah swt. dan Rasulnya...Amin...
Dalam buku emsiklopedi ini, pembaca dapat mengetahui istilah-istilah apa saja yang penting dan populer dalam Islam, siapa saja tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh, ilmuwan dan dokter-dokter Islam, Nabi dan Rasul, sahabat serta keluarganya, wanita-wanita dalam al-Qur'an, apa saja aliran/sekte Islam yang ada di dunia ini dan lain-lain...
Pembaca pun dapat menelusuri dengan jelas jejak-jejak imperium Islam, kota-kota bersejarah bagi umat Islam, masjid dan bangunan bersejarah Islam, pergerakan-pergerakan Islam di seluruh dunia, dan lain-lain...
Selamat membaca, semoga semakin menambah khazanah pengetahuan tentang dunia Islam dan menambah kecintaan kita kepada Allah swt. dan Rasulnya...Amin...
Sinopsis Buku: Semakin cerdasnya para konsumen dalam menilai mutu (quality) sebuah produk, otomatis menuntut para pelaku bisnis dan usaha apa pun untuk semakin meningkatkan mutu produk dan sekaligus servisnya. Ka-renanya, kalangan profesional menyadari betul pentingnya manajemen mutu agar bisa terus eksis dan maju di tengah ketatnya persaingan global dan industrial dewasa ini. Tak terkecuali produk dunia pendidikan. Kualitas mutu dan jasa yang disajikan oleh lembaga pendidikan akan sangat menentukan kemampuan survivalnya di antara jubelan pesaing yang ada. Mulai dari tingkat pra-TK (play group) hingga perguruan tinggi dan lembaga-lembaga informal lainnya (seperti lembaga kursus, privat, dan pendidikan kejuruan). Salah satu aspek penting yang menentukan kualitas mutu pendidikan terletak pada manajemen kepemimpinannya. Diperlukan manajemen stra-tegis kepemimpinan pendidikan yang benar-benar cakap, profesional, dan mampu bertindak efektif serta akurat. Di tangan kepala, direktur, manajer atau pemimpinnya, sebuah lembaga pendidikan akan bisa maju atau se-baliknya bangkrut dalam persaingan dunia pendidikan ini. Buku ini merupakan rangkaian dari Seri Manajemen Mutu Pendidikan setelah sebelumnya diterbitkan buku Total Quality Management in Education (Manajemen Mutu Pendidikan). Diharapkan, dengan buku manajemen praktis ini, para pelaku pendidikan (dari tim manajemen, staf pengajar, hingga direksi) akan memahami betul teknik-teknik strategis membangun kualitas mutu dan jasa pendidikan yang benar-benar qualified dan kompetitif. Judul Buku : Permainan Edukatif yang Mencerdaskan Penulis : Suyadi Penerbit : Power Book Cetakan : 1, Agustus 2009 Tebal : 270 halaman Planet bumi ini dihuni oleh berbagai macam jenis manusia dengan berbagai macam pikirannya. Beragamnya jenis manusia sekaligus pikirannya sesungguhnya menunjukan kesempurnaan Sang Pencipta manusia tersebut. Dalam konteks Agama Islam perbedaan adalah rahmat yang harus disyukuri dengan cara saling mengenal dan menghormati satu sama lain. Selain itu perbedaan juga adalah sumber kekuatan dalam membangun peradaban. Maka dari itu, perbedaan di dalam dunia ini adalah sebuah keniscayaan. Perbedaan tersebut dapat dilihat dengan banyaknya suku, ras, bahasa, bangsa, agama. Dalam konteks cita-cita, keinginan manusia terhadap sesuatu juga terdiri dari berbagai macam. Ada anak manusia yang senang dengan matematika dengan cita-cita sebagai ahli matematika dan tidak senang dengan seni. Ada anak manusia senang dengan bermain musik dan membuat computer namun ada juga yang senang dengan membuat jalan raya, menjadi guru dan lain sebagainya. Selain perbedaan fisik dan jenis kesukaan terhadap sesuatu, daya manusia dalam memahami dan menggambarkan sesuatu tersebut juga berbeda. Perbedaan daya ini dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Quran yang berbicara tentang kejadian langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, dan lain-lain. Dalam Surat Al-Ankabut ayat 43 Allah berfirman: "Demikian itulah perumpamaan-perumpamaan yang Kami berikan kepada manusia, tetapi tidak ada yang memahaminya kecuali orang-orang alim (berpengetahuan)" (QS Al-Ankabut: 43). Ada juga yang dinyatakan oleh Allah dalam Al-Quran dengan bahasa "orang-orang yang berakal" dalam pembicaraan tentang bukti-bukti keesaan Allah SWT. Dan ada juga dengan menggunakan bahasa "Ulil Albab" yang sesungguhnya memiliki makna yang sama, yakni orang berakal namun mengandung pengertian lebih tajam dari sekedar memiliki pengetahuan. Keanekaragaman akal dalam konteks menarik makna dan menyimpulkan terlihat juga dari penggunaan istilah-istilah semacam nazhara, tafakkur, tadabbur, dan sebagainya yang semuanya mengandung makna mengantar kepada pengertian dan kemampuan pemahaman. Dengan keunikan anak manusia tersebut, sekolah sebagai lembaga tempat untuk mendidik, mengembangkan, mentransfer ilmu pengetahuan harus memahami karakter dan pikiran anak itu sendiri. Hal ini karena lembaga pendidikan sangat berpengaruh besar dalam perkembangan anak didiknya. Sekolah sangat mempengaruhi perubahan pada fungsi dan anatomi otak anak. Ini membuktikan bahwa para pendidik dan sekolah tidak hanya mempengaruhi proses berpikir anak-anak tetapi sesungguhnya juga membantu mengembangkan otak anak. Dengan pengaruh sekolah dan guru sebagai pendidik pada anak dalam proses pembentukan otak anak tersebut diatas maka begitu juga sebaliknya, sekolah dan guru juga dapat merusak bahkan menghancurkan pikiran anak yang siap ditempa tatkala sekolah dan guru tidak mampu memahami dan salah mengartikan pemikiran-pemikiran anak yang berbeda satu sama lain. Maka dengan begitu sekolah dan guru harus memahami pikiran anak untuk dapat mengembangkan anak tersebut. Sesungguhnya setiap anak memiliki sisi kreatif yang tersembunyi. Perbedaan hanya pada waktu penyalurannya saja. Ada sebagian anak yang dalam hal tersebut membutuhkan penyaluran segera, namun juga ada anak yang tidak terlalu mendesak untuk menyalurkannya. Oleh karena itu, guru harus mampu memahami pikiran-pikiran anak dengan bahasa dan tingkah laku dari anak itu. Dengan begini guru akan mudah menetukan pendekatan dan metode pembelajaran yang digunakan untuk murid tersebut. Namun perlu diketahui, pada usia anak 2-6 tahun, sesungguhnya masa untuk bermain. Pada masa tersebut anak belajar di taman kanak-kanak (TK/RA/PAUD) maka guru dalam memberikan pembelajaran pada anak usia tersebut seharusnya dengan pola bermaian sambil belajar dan belajar sambil bermain. Anak diberikan kebebasan dalam berkreasi, mengambil keputusan dengan kemampuan intelektualitasnya dan sekolah, guru memberikan ruang bebas bagi anak dan memfasilitasinya dengan berbagai macan model dan alat pendukung guna merangsaang segala potensi anak tersebut. Dengan begini anak akan merasa nyaman dan enjoy untuk belajar. Sekolah mesti menjadi tempat yang aman dimana anak-anak merasa bebas mengambil resiko intelektualitasnya. Di dalam kelas, seorang murid harus merasa bebas mengemukakan pendapat dan pernyataan yang bisa saja salah, controversial, atau tidak sesuai dengan pendapat guru. Dengan kebebasan yang dimilikinya, si-anak akan menemukan berbagai kemungkinan-kemungkinan baru untuk mengekspresikan diri. Selain memberikan ruang bebas bagi anak berekspresi dan berkreatifitas, sekolah juga harus memberikan penghargaan pada perbedaan minat dan kemampuan anak dalam menentukan dan memahami sesuatu. Sekolah tidak boleh menerapkan system "pemaksaan" kepada anak didiknya dalam proses belajar-mengajar. Anak yang pintar adalah anak yang bisa membaca, menulis dan berhitung (calistung) dalam waktu yang telah ditentukan disekolah. Dengan logika berpikir tersebut dalam proses belajar-mengajar , seorang guru (akan) menuntut anak muridnya untuk dapat, membaca, menulis dan berhitung (calistung). Sekolah akan memberikan peraturan yang ketat dan kaku. Sesungguhnya pemahaman (logika berpikir) tersebut adalah sesat dan menyesatkan karena telah meniadakan keragaman yang sesungguhnya adalah sebuah keniscayaan dan "mengebiri" kebebasan anak manusia dalam menentukan arah dan cita-cita hidupnya. Dalam konteks proses belajar-mengajar pada anak usia dini, sekolah harus menerapkan belajar sambil bermaian dan bermain sambil belajar. Bermaian sering dimaknai sebagai aktivitas yang sia-sia alias tanpa arti dan terkadang diartikan dengan sempit. Bermain dalam dunia anak sering diterjemahkan hanya sebatas jalan-jalan, rekreasi, wisata alam, wisata rohani, out bound, dan lain sebagainya. Dan yang namanya belajar harus menggunakan pensil dan buku, kegiatan yang tidak menggunakan kedua alat tersebut bukanlah belajar. Pendapat ini adalah keliru. Sesungguhnya belajar pada masa anak-anak adalah bermain itu sendiri. Tentu yang dimaksud bermain disini adalah bermain yang mengandung fungsi edukatif, yakni segala bentuk permainan yang dapat memberikan pengetahuan dan kemampuan anak. Adapaun waktu bermain anak sesungguhnya adalah dirumah, maka rumah adalah "sekolah" pertama dan utama bagi anak-anak. Disekolah anak-anak belajar berbagai macam bentuk permainan, maka dirumahlah anak-anak mempraktikan ulang dan mengembangkan permainan yang didapat disekolah tersebut. Dengan begitu, sekolah dan orang tua murid harus memiliki persepsi yang sama tentang dunia anak. Dengan adanya persamaan persepsi tersebut akan tercipta kondisi belajar melalui bermain pada anak. Bagaimana permainan yang memiliki fungsi edukatif tersebut? Dalam buku ini dipaparkan permainan edukatif yang mampu meningkatkan semua potensi anak. Selain itu buku ini juga membuka jalan kreatif untuk dapat memilih dan membuat jenis permainan sendiri. Buku yang terdiri dari 7 (tujuh) bab ini disampaikan dengan bahasa yang sederhana sehingga buku ini "gurih" untuk dibaca dan mudah untuk dimengerti apa yang dimaksud oleh penulis. Namun, minimnya gambar dalam buku ini menuntut pembaca untuk mengeluarkan sedikit "otot saraf" untuk menerawang sedikit jauh agar dapat mengasosiasikan alat permainan yang diamksud. Untuk lebih "nikmat" dibaca dan memberikan gambaran yang utuh memang harus ditampilkan gambar-gambar permainan yang menarik dan berwarna hidup agar lebih mudah dipahami isi buku ini. Namun begitu, buku ini tetap penting dan layak dibaca para pemerhati anak, guru, mahasiswa dan mereka yang memiliki perhatian khusus pada dunia anak dan para orang tua. Semoga buku ini dapat menginspirasi untuk memberikan pendidikan anak usia dini yang manusiawi. Yakni pendidikan yang memberikan kebebasan dan menghargai perbedaan para generasi negeri ini. Bukan pendidikan yang penuh dengan intruksi dan sangsi takala tidak dituruti, pendidikan yang "mengebiri" kebebasan berekspresi, pendidikan yang membunuh generasi tanpa hati nurani. Semoga. Sumber : http://pendis.kemenag.go.id/kerangka/pontren.htm Judul Buku : Pendidikan Multikultural; Untuk Demokrasi dan Keadilan Penulis : M. Ainul Yaqin Penerbit : Pilar Media Cetakan : 2, 2007 Tebal : 312 halaman Gerakan radikalisme yang telah merasuki dunia pendidikan merupakan teguran keras bagi pemerintah. Pendidikan yang seharusnya menghasilkan generasi bangsa yang sholeh ternyata masih dipertanyakan. Selain itu, keterlibatan salah seorang alumni Universitas Negeri yang notabene dikenal sebagai salah satu Universitas Agama terbesar di Indonesia menambah miris, kesal dan bingung, kenapa ini bias terjadi? Benarkah hal tersebut? Bukankah setiap agama menjunjung tinggi perdamaian dan mengklaim sebagai rahmat bagi alam semesta? Secara doctrinal-tekstual orang Islam akan mengatakan bahwa agama mereka adalah agama penyebar perdamaian, karena setiap kali bertemu dengan orang lain mengucapkan "Assalamualaikum". Orang Kristen Katolik mengklaim bahwa agama Kristiani adalah agama cinta, yang diimplementasikan lewat ajaran Diakonia. Orang Hindu begitu juga akan mengatakan bahwa agamanya menekankan Dharma. Orang Budha akan bilang bahwa agamanya sama, yaitu hendak melepaskan diri dari penderitaan manusia. Agama seharusnya menjadi pendorong bagi umat manusia untuk selalu menegakkan perdamaian dan meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh ummat manusia di bumi ini. Secara normative tidak ada satu agama pun yang memerintahkan pengikutnya untuk melakukan kekerasan kepada pengikut agama lain. Namun secara historis-faktual, banyak sekali dijumpai tindak kekerasan yang mengatasnamakan agama. Berangkat dari permasalahan tersebut, menanamkan nilai-nilai keagamaan yang inklusif, pluralis, toleran menjadi sebuah keniscayaan di bumi Nusantara ini, dengan harapan gerakan radikalisme yang mengatasnakan agama dapat terbendung bahkan tidak terjadi lagi. Pada titIk inilah pentingnya wacana multicultural yang digagas dalam buku ini. Sebuah wacana yang pada akhirnya bermuara pada minimalisasi efek negative dari perbuatan kepentingan sehingga tidak menerabas hak asasi manusia. Dalam upaya minimalisasi efek negative tersebut, maka yang harus dilakukan adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang keragaman, kesetaraan, kemanusiaan dan keadilan. Sebagai upaya atau ikhtiar awal yang dilakukan penulis buku ini, ia memulai garapan dalam dunia pendidikan sebagai pintu masuk bagi penerapan nilai-nilai tersebut. Dunia pendidikan yang dijadikan pintu masuk merupakan strategi yang sangat jitu hal ini karena penanaman nilai-nilai seperti ini wajib dilakukan semenjak usia dini. Sesungguhnya pendidikan multicultural telah lama berkembang di Eropa, Amerika dan di Negara-negara maju lainnya. Maka dengan demikian, gagasan ini bukanlah gagasan yang baru. Dalam perkembangannya, studi ini menjadi sebuah studi khusus tentang pendidikan multicultural yang pada awalnya bertujuan agar populasi mayoitas dapat bersikap toleran terhadap para imigran baru. Selain itu, studi ini juga memiliki tujuan politis, yakni sebagai alat control social penguasa terhadap warganya, agar kondisi Negara aman dan terkendali. Dalam garis besarnya, pendidikan multicultural adalah strategi pendidikan yang diaplikasikan pada semua jenis mata pelajaran dengan cara menggunakan perbedaan-perbedaan cultural yang ada pada siswa, seperti perbedaan etnis, agama, bahasa, gender, kelas social agar proses belajar menjadi efektif dan mudah. Selain itu, pendidikan multicultural juga untuk melatih dan membangun karakter siswa agar mampu bersikap demokratis, humanis dan pluralis dalam lingkungan mereka berada. Dengan kata lain, dapat digambarkan dengan istilah "menyelam sambil minum air". Artinya selain siswa diharapkan dapat dengan mudah memahami, menguasai dan mempunyai kompetensi yang baik terhadap mata pelajaran yang diajarkan guru, siswa juga dapat mempraktekan langsung nilai-nilai demokratis, humanis dan pluralis pada teman-teman baik disekolahnya maupun dilingkungan luar sekolah. Inilah sesungguhnya yang menjadi tujuan akhir dari pendidikan multicultural tersebut, yakni menciptakan karakter peserta didik untuk selalu bersikap demokratis, pluralis dan humanis. oleh: Prof. Dr. Sondang P. Siagian, M.P.A. Sinopsis Buku: Dengan menerapkan manajemen sumber daya manusia yang tepat dan benar, pihak manajemen perusahaan akan dapat mengarahkan karyawan secara benar sehingga potensinya berkembang. Lebih lanjut tujuan organisasi/perusahaan akan lebih mudah tercapai. Adapun bagi para mahasiswa ekonomi, buku ini dapat menjadi sumber acuan untuk memahami konsep MSDM secara mudah dan terstruktur. |
0 komentar to Buku Dan Makalah :
Posting Komentar